Langsung ke konten utama

qiraat tujuh



HURUF dan QIRAAT TUJUH

A.      Pengertian Ahruf sab’ah dan Qira’at sab’ah
Al Qur’an di turunkan dalam bahasa arab yang jelas. Ini tentulah hal yang wajar karena Al Qur’an turun di tengah-tengah masyarakat yang berbahasa arab dengan nabi yang berbahasa arab sekalipun ini bukan brarti Islam adalah agama bangsa arab. Al Qur’an yang berbahasa arab ini di jelaskan dalam ayat-ayat, di antaranya:
1.      QS: Yusuf, ayat 2:
$¯RÎ) çm»oYø9tRr& $ºRºuäöè% $wŠÎ/ttã öNä3¯=yè©9 šcqè=É)÷ès? ÇËÈ  
Artinya:
“Sesungguhnya, kami menurunkan Al Qur’an yang berbahasa arab agar kamu memahaminya.”
2.      QS: Al Syu’ara’, ayat195:
Ab$|¡Î=Î/ <cÎ1ttã &ûüÎ7B ÇÊÒÎÈ  
Artinya:
“Dengan bahasa arab yang jelas.”

Dari 2 ayat di atas jelaslah bahwa bahasa yang digunakan dalam Al Qur’an adalah bahasa arab asli. Akan tetapi, dalam perjalanan selanjutnya tentu akan timbul permasalahan terkait dengan bahasa itu sendiri. Karena bangsa Arab terdiri dari beberapa rumpun, tentunya spesifik dari tiap-tiap bahasa tersebut berbeda. Muhammad Abd al “zim mengemukakan bahwa terdapat 10 hadist yang dipandang sahih sebagai dalil tentang turunnya Al Qur’an dalam 7 huruf (ahruf sab’ah)[1]. Di antaranya:
a.      Dari Ibn Abbas r.a bahwa ia berkata: “Berkata Rasulullah SAW: “Jibril membacakan kepadaku atas satu huruf, maka aku kemballi kepadanya, maka aku terus menerus meminta tambah dan ia menambahi bagiku hingga berakhir sampai 7 huruf”. (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dan muslim)
b.      “ Kemudian, berkata Rasullullah SAW:” Sesungguhnya Al Qur’an ini di turunkan atas tujuh Ahruf(huruf), maka bacalah olehmu mana yang mudah daripadanya”.(diriwayatkan oleh Al Bukhari dan muslim).

  1. Pengertian Ahruf Sab’ah (sab’ah ahruf)
Kata “ahruf” merupakan bentuk jamak dari “ Harf” yang dalam bahasa Indonesia selalu di terjemahkan dengan huruf. Dalam Bahasa Arab kata “harf” adalah lafal musytarak (mempunyai banyak arti). Sesuai dengan penggunaan “harf”, bisa berarti: ‘tepi sesuatu’, ’puncak’, ’satu huruf ejaan’, ’unta yang kurus’, ’aliran air’, ’bahasa’, ’wajh (bentuk)’, ’dan sebagainya. Karena itu sab’ah ahruf bisa diartikan dengan:tujuh bahasa, tujuh ilmu, tujuh makna, tujuh bacaan, dan tujuh bentuk (awjuh). Meskipun para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkannya[2].

Imam Abu Fadhilal Razi dalam kitabnya Al Lawaih mengungkapkan bahwa yang dimaksudkan dengan Sab’ah ahrif  adalah tujuh perbedaan bacaan Al Qur’an. Perbedaan bentuk-bentuk tersebut adalah:
1.      Perbedaan Asma’(kata benda), Berupa bentuk tunggal, dua, jamak, pria dan wanita.
2.      Perbedaan Tasrif(kongjungsi) af’al (kata Kerja), berupa madhi, mudhari’, dan amar.
3.      Perbedaan bentuk I’rab.
4.      Perbedaan sebab pengurangan dan penambahan kata.
5.      Perbedaan sebab mendahulukan dan mengakhiri.
6.      Perbedaan sebab Penggantian huruf.
7.      Perbedaan lahjah.[3]

  1. Pengertian Qira’at sab’ah
Berdasarkan etimologi (bahasa), qiraah merupakan kata jadian (mashdar) dari kata kerja qiraah (membaca), jamaknya yaitu qiraat. Bila dirujuk berdasarkan pengertian terminology (istilah), ada beberapa definisi yang diintrodusirkan ulama :
a.      Menurut az-Zarqani.
Az-Zarqani mendefinsikan qiraah dalam terjemahan bukunya yaitu : mazhab yang dianut oleh seorang imam qiraat yang berbeda dengan lainnya dalam pengucapan Al-Qur’an serta kesepakatan riwayat-riwayat dan jalur-jalurnya, baik perbedaan itu dalam pengucapan huruf-huruf ataupun bentuk-bentuk lainnya[4].
b.      Menurut Ibn al Jazari :
Ilmu yang menyangkut cara-cara mengucapkan kata-kata Al-Qur’an dan perbedaan-perbedaannya dengan cara menisbatkan kepada penukilnya[5].
c.       Menurut al-Qasthalani :
Suatu ilmu yang mempelajari hal-hal yang disepakati atau diperselisihkan ulama yang menyangkut persoalan lughat, hadzaf, I’rab, itsbat, fashl, dan washl yang kesemuanya diperoleh secara periwayatan[6].
d.     Menurut az-Zarkasyi :
Qiraat adalah perbedaan cara mengucapkan lafaz-lafaz Al-Qur’an, baik menyangkut huruf-hurufnya atau cara pengucapan huruf-huruf tersebut, seperti takhfif (meringankan), tatsqil (memberatkan), dan atau yang lainnya[7].
e.      Menurut Ibnu al-Jazari
Qira’at adalah pengetahuan tentang cara-cara melafalkan kalimat-kalimat Al-Qur’an dan perbedaannya dengan membangsakaanya kepada penukilnya[8].

Perbedaan cara pendefinisian di atas sebenarnya berada pada satu kerangka yang sama, yaitu bahwa ada beberapa cara melafalkan Al-Qur’an walaupun sama-sama berasal dari satu sumber, yaitu Muhammad. Dengan demikian, dari penjelasan-penjelasan di atas, maka ada tiga qira’at yang dapat ditangkap dari definisi diatas yaitu :
1)      Qira’at berkaitan dengan car penafalan ayat-ayat Al-Qur’an yang dilakukan salah seorang iman dan berbeda cara yang dilakukan imam-imam lainnya.
2)       Cara penafalan ayat-ayat Al-Qur’an itu berdasarkan atas riwayat yang bersambung kepada Nabi. Jadi, bersifat tauqifi, bukan ijtihadi.
3)      Ruang lingkup perbedaan qira’at itu menyangkut persolan lughat, hadzaf, I’rab, itsbat, fashl, dan washil[9].

Hikmah diturunkan Al qur’an dalam 7 huruf:
  1. Mempermudah umat islam khususnya bangsa Arab yang diturunkan Al Qur’an, sedangkan mereka memiliki beberapa dialek (lahjah) walaupun dapat di satukan dengan ke arabannya.
  2. Menyatukan umat Islam dalam satu bahasa yang disatukan dengan bahasa Quraisy yang tersusun dari berbagai bahsa pilihan di kalangan suku-suku bangsa Arab[10].

Hikmah perbedaan Qiraat dalam Al Qur’an:
1.      Untuk memberikan kemudahan bagi umat Islam, khususnya bangsa Arab dalam membaca Al Qur’an
2.      Mempersatukan umat Islam dikalangan Bangsa Arab, yang relatif baru, dalam satu bahasa yang dapat mengikat persatuan di antara mereka, yaitu bahsa Quraisy yang dengannya Al Qur’an di turunkan, dan dapat mengakomo atau menampung unsur-unsur bahasa Arab dari kabilah-kabilah lain.
3.      Menunjukan kelebihan (keutamaan) umat Nabi Muhammad SAW dari umat nabi-nabi sebelumnya, karena kitab suci yang diturunkan kepada umat sebelum Nabi Muhammad SAW hanya terdiri atas satu versi qiraat.
4.      Menunjukan atau membuktikan terjaga serta terpeliharanya Al Qur’an dari adanya tabdil (penggantian) dan tahrif (pengubahan), termasuk berbagai versi qiraatnya[11].

B.      Landasan dan latar belakang Abruf sab’ah dan Qira’at sab’ah.
Sejarah Qira’ah
Pada masa Rasulullah sudah sebenarnya sudah terdapat Qori-qori yang mengajarkan cara membaca Al Qur’an kepada orang-orang menurut standar bacaan para sahabat. Di antara paa sahabat yang populer bacaannya adalah Ubay, Aly, Zaid ibnu Tsabit, ibnu mas’ud, Abu Musa Al Asy’ary dan lainnya. Dari mereka itulah kebanyakan para sahabat dan tabi’in di seluruh daerah belajar. Mereka semua berpedoman kepada Rasulluah saw sampai dengan datangnya masa tabi’in pada awal abad ke II H. Selanjutnya timbullah golongan yang begitu memperhatikan tanda baca secara sempurna manakala di perlukan. Mereka menjadikannya sebagai salah satu cabang ilmu sebagaimana halnya ilmu-ilmu syaria’at yang lain[12].


[1] Ramli, Abdul, Ulumul Qu’an, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002),h.150
[2] Hasan, Zaini, ‘Ulum Am Qur’an, (Batusangkar: STAIN Batusangkar, 2011).h.148
[3] Ibid                       
[4] Ibid,h.149
[6] Ibid
[7] Ibid
[8] Ibid
[9] Ibid
[10] Mohammad,aly, Pengantar tudi Al Qur’an, Judul asli At Tibyan, Terj. Moch Chuslori Umar, (Bandung: al ma’arif, 1996).h.303-304
[11] Hasanuddin, Perbedaan Qira’at dan Pengaruhnya Terhadap Istinbath Hukum dalam Al Qur’an, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995).h.241-247
[12] Ibid.h.317

Komentar

Postingan populer dari blog ini

teknologi informasi dalam manajemen sdm

TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MANAJEMEN SDM D I S U S U N Oleh Kelompok:   NAMA                                                                         NIM                 DERAMA LUBIS                                                      1630200037      ...

NASIKH dan MANSUKH

NASIKH dan MANSUKH OLEH : KELOMPOK X NAMA                                                  NIM DERAMA LUBIS                             16 302 00037 RIYADOH LUBIS                            16 302 00053 Dosen Pembimbing: ZILFARONI, S.Sos.I., M.A FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PADANGSIDIMPUAN 2017 BAB 1 PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Al-Qur’an adalah kalamullah yang merupakan...

jam'ul qur'an pada masa khulafaur rasyidin

                  AL-QUR’AN DI MASA ABU BAKAR DAN ‘UMAR           1.Gerakan Mengumpulkan Shuhuf-shuhuf di Masa Abu Bakar Ash Shiddiq          Telah terang kita ketahui bahwa Al-Qur;an itu diturunkan berangsur-angsur. Setiap turun, Nabi SAW .menyuruh penulis wahyu menulisnya. Kebanyakan sahabat menghafalnya. Akan tetapi walaupu ditulis oleh para penulis wahyu, namun dia tidak terkumpul dalam suatu mushhaf(suatu buku).          Para sahabat dimasa Nabi SAW. Masih hidup pada menulis kepingan-kepingan tulang, pelepah-pelepah korma dan pada batu-batu. Mereka menulis Al-Qur’an pada benda-benda tersebut karena kertas pada masa itu belum ada.           Setelah Rasulullah SAW. Wafat dan Abu Bakar menjadi khalifah, Musailamah Al Kadzazab mengaku di...